Rabu, 28 Oktober 2015

Assalamualaikum guys! yuk baca artikel ini dulu. kita renungkan kembali pengorbanan orang tua kita yang telah membuat kita menjadi seperti sekarang. baca sampai selesai ya..



Akhirnya Aku Tahu, Kalian Sayang Padaku!

Kawan, aku sungguh iri padamu. Aku iri pada keluarga yang kalian miliki. Bisa bercengkrama dengan ayah itu pasti sangat menyenangkan. Atau bisa curhat pada ibu juga pasti lebih melegakan daripada curhat kepada teman.

 Tapi tidak denganku kawan. Tidak dengan orang tuaku. Mereka adalah manusia super sibuk. Ibuku setiap pagi harus pergi bekerja, dan pulang sore hari. Kalaupun ia punya waktu senggang, ia masih sibuk dengan urusannya sendiri. Tidakkah ia ingat denganku yang masih remaja dan membutuhkan perhatian lebih? Aku ini remaja labil kawan, sedikit disentuh langsung terjatuh. Aku butuh ibu yang bisa mendengarkan semua cerita dan keluh kesahku.                    

Terlebih lagi ayahku, ia lebih sibuk dari ibuku. Ia terkadang pergi dipagi buta dan pulang malam hari. Atau terkadang pulang sore hari atau siang hari, atau ... ah sudahlah tak akan kutuliskan jadwal keseharian ayahku karena aku pun tidak mengerti dengan jadwal ayahku yang tidak tentu itu. Mengingat pekerjaannya sebagai salah satu orang yang berwenang di perusahaannya dan tidak memiliki waktu yang mengikat, dan mengingat perannya yang cukup penting di masyarakat membuatnya  harus selalu menyediakan waktu untuk masyarakatnya. Lalu sisa waktu luangnya di rumah ia gunakan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya. Maka di rumah ia hanya duduk di depan laptop hitamnya atau tidur untuk meregangkan otot ototnya.
 Ketika aku mencoba mengobrol dengannya, ia hanya menjawab “hmm” lalu beberapa saat diam, lalu berkata “tadi bilang apa?” lalu sibuk mengetik dan menatap layar kaca laptopnya lagi. Kawan, sekali lagi kukatakan padamu, aku ini remaja labil. Aku perlu seorang lelaki yang bisa membuatku tertawa dan melupakan tumpukkan tugas dan pr yang bejibun dari sekolahku untuk beberapa saat.

Ya, aku iri padamu kawan. Hingga waktu berlalu dan aku tumbuh menjadi dewasa. Saat itu, aku bicara dengan ayah dan ibuku. Kali ini kami saling menatap wajah, aku membicarakan banyak hal pada mereka. Aku tanyakan semua pertannyaan yang selalu kupendam selama ini.

Rasanya nyaman kawan. Nyaman sekali rasanya bisa mengobrol dengan ayah dan ibu, tetapi, walaupun aku senang, saat itu aku melihat wajah ayah dan ibuku dengan seksama. Kau tahu kawan? Mata mereka kini tidak lagi cerah seperti dulu, sinar dimatanya menyiratkan kelelahan, kulit mereka tidak lagi segar, dan kini mulai tumbuh keriput keriput kecil disisi mata kanan dan kirinya.

Ya Allah, saat itu aku berpikir... apakah wajah kelelahan itu untukku? Apakah keriput keriput yang mengubah wajah bersemangat ayah dan ibuku menjadi wajah sendu itu untukku? Ya Kawan, semuannya untukku. Setiap hari mereka berjuang untukku, berjuang agar aku bisa sekolah dan menabung untuk uang kuliahku. Dan karena aku tidak menyadari semua itu, aku biarkan ayahku mengambil rapor sekolahku dengan nilaiku yang tidak memuaskan. Tapi apa katanya kawan? “tak apa apa nak, masih ada semester, belajarlah yang rajin ya” ya, itulah yang ia katakana. Ia selalu memotivasiku. Maka pantaskah aku berharap dibuat tertawa oleh mereka? Pantaskah aku jejali hari hari melelahkan mereka dengan cerita ceritaku yang membosankan? Seharusnya aku yang membuat mereka bahagia dan membuat mereka tertawa. Ya, aku seharusnya berpikir lebih dewasa. Ayah, ibu, maafkan aku. Dan detik itu juga kawan, aku tidak berpikir bahwa aku iri padamu, tapi aku bangga karena aku punya orangtua terbaik didunia.
Jadi, aku berpesan padamu kawan janganlah kau susahkan pikiran kedua orang tuamu dengan permintaan permintaan mu yang tidak bermanfaat, buatlah mereka bahagia dan tertawa selagi mereka masih ada. Banggakan lah mereka. Aku harap, semenjak kau membaca artikel ini, arah pandanganmu bisa berubah dan menjadi lebih dewasa kawan, percayalah, orang tuamu adalah Anugrah terindah yang Tuhan berikan padamu. Tanpa mereka, kau tidak akan ada di muka bumi ini. 

Ada yang masih mau ngelawan orangtua sob ?


Sumber : http://artikelmenarik.heck.in/akhirnya-aku-tahu-kalian-sayang-padaku