Assalamualaikum guys! yuk baca artikel ini dulu. kita renungkan kembali pengorbanan orang tua kita yang telah membuat kita menjadi seperti sekarang. baca sampai selesai ya..
Akhirnya Aku Tahu, Kalian Sayang Padaku!
Kawan, aku sungguh iri padamu.
Aku iri pada keluarga yang kalian miliki. Bisa bercengkrama dengan ayah itu pasti sangat menyenangkan. Atau bisa
curhat pada ibu juga pasti lebih melegakan daripada curhat kepada teman.
Tapi tidak denganku kawan.
Tidak dengan orang tuaku. Mereka adalah manusia super sibuk. Ibuku setiap pagi
harus pergi bekerja, dan pulang sore hari. Kalaupun ia punya waktu senggang, ia
masih sibuk dengan urusannya sendiri. Tidakkah ia ingat denganku yang masih
remaja dan membutuhkan perhatian lebih? Aku ini remaja labil kawan, sedikit
disentuh langsung terjatuh. Aku butuh ibu yang bisa mendengarkan semua cerita
dan keluh kesahku.
Terlebih lagi ayahku, ia lebih
sibuk dari ibuku. Ia terkadang pergi dipagi buta dan pulang malam hari. Atau
terkadang pulang sore hari atau siang hari, atau ... ah sudahlah tak akan
kutuliskan jadwal keseharian ayahku karena aku pun tidak mengerti dengan jadwal
ayahku yang tidak tentu itu. Mengingat pekerjaannya sebagai salah satu orang
yang berwenang di perusahaannya dan tidak memiliki waktu yang mengikat, dan
mengingat perannya yang cukup penting di masyarakat membuatnya harus selalu menyediakan waktu untuk
masyarakatnya. Lalu sisa waktu luangnya di rumah ia gunakan untuk menyelesaikan
beberapa pekerjaannya. Maka di rumah ia hanya duduk di depan laptop hitamnya
atau tidur untuk meregangkan otot ototnya.
Ketika aku mencoba mengobrol dengannya, ia
hanya menjawab “hmm” lalu beberapa saat diam, lalu berkata “tadi bilang apa?”
lalu sibuk mengetik dan menatap layar kaca laptopnya lagi. Kawan, sekali lagi
kukatakan padamu, aku ini remaja labil. Aku perlu seorang lelaki yang bisa
membuatku tertawa dan melupakan tumpukkan tugas dan pr yang bejibun dari
sekolahku untuk beberapa saat.
Ya, aku iri padamu kawan. Hingga
waktu berlalu dan aku tumbuh menjadi dewasa. Saat itu, aku bicara dengan ayah
dan ibuku. Kali ini kami saling menatap wajah, aku membicarakan banyak hal pada
mereka. Aku tanyakan semua pertannyaan yang selalu kupendam selama ini.
Rasanya nyaman kawan. Nyaman
sekali rasanya bisa mengobrol dengan ayah dan ibu, tetapi, walaupun aku senang,
saat itu aku melihat wajah ayah dan ibuku dengan seksama. Kau tahu kawan? Mata
mereka kini tidak lagi cerah seperti dulu, sinar dimatanya menyiratkan
kelelahan, kulit mereka tidak lagi segar, dan kini mulai tumbuh keriput keriput
kecil disisi mata kanan dan kirinya.
Ya Allah, saat itu aku
berpikir... apakah wajah kelelahan itu untukku? Apakah keriput keriput yang
mengubah wajah bersemangat ayah dan ibuku menjadi wajah sendu itu untukku? Ya
Kawan, semuannya untukku. Setiap hari mereka berjuang untukku, berjuang agar
aku bisa sekolah dan menabung untuk uang kuliahku. Dan karena aku tidak menyadari
semua itu, aku biarkan ayahku mengambil rapor sekolahku dengan nilaiku yang
tidak memuaskan. Tapi apa katanya kawan? “tak apa apa nak, masih ada semester,
belajarlah yang rajin ya” ya, itulah yang ia katakana. Ia selalu memotivasiku.
Maka pantaskah aku berharap dibuat tertawa oleh mereka? Pantaskah aku jejali
hari hari melelahkan mereka dengan cerita ceritaku yang membosankan? Seharusnya
aku yang membuat mereka bahagia dan membuat mereka tertawa. Ya, aku seharusnya
berpikir lebih dewasa. Ayah, ibu, maafkan aku. Dan detik itu juga kawan, aku
tidak berpikir bahwa aku iri padamu, tapi aku bangga karena aku punya orangtua
terbaik didunia.
Jadi, aku berpesan padamu kawan janganlah kau susahkan pikiran kedua orang
tuamu dengan permintaan permintaan mu yang tidak bermanfaat, buatlah mereka
bahagia dan tertawa selagi mereka masih ada. Banggakan lah mereka. Aku harap,
semenjak kau membaca artikel ini, arah pandanganmu bisa berubah dan menjadi
lebih dewasa kawan, percayalah, orang tuamu adalah Anugrah terindah yang Tuhan
berikan padamu. Tanpa mereka, kau tidak akan ada di muka bumi ini.
Ada yang masih
mau ngelawan orangtua sob ?
Sumber : http://artikelmenarik.heck.in/akhirnya-aku-tahu-kalian-sayang-padaku